Refleksi Satu Tahun Seni Reyog Singo Dirgantoro Tanggal 02 Februari 2019




Setahun yang lalu di bulan Februari 2018 merupakan hal yang awalnya tiada kami bayangkan akan seperti ini jadinya.    Beberapa waktu sebelumnya, hanya dari sebuah attensi  Pimpimnan saat itu karena diawali kekagumannya ketika hadir menyaksikan suatu acara festival bernama Festival Nasional Reyog Ponorogo (FNRP) XXIV di tahun 2017.   Kekaguman itu akhirnya menjadi attensi terbesit ide bagaimana bisa memiliki sebuah grup Reyog Ponorogo yang akan ikut di ajang festival tersebut.   Gayung bersambut, attensi ditangkap oleh seseorang yang kebetulan di beberapa tempat penugasan selain tugas pokok yang harus diemban kesehariannya, pernah bergelut di bidang Seni Reyog Ponorogo.
Bertepatan pada saat itu menjelang adanya sebuah event besar yang berskala Internasional membutuhkan sebuah tampilan seni tradisional yang aktraktif dan menarik sampai akhirnya dipilihlah sebuah tampilan tarian kolosal Tari Reyog Ponorogo.    Sesuatu yang tidak disangka sekian kalinya pergaulan ke daerah Ponorogo, bertemulah dengan seseorang yang tepat serta memberikan jalan untuk mewujudkan keinginan tersebut.   Beberapa diskusi awal dilakukan dengan mempertemukan ke orang-orang yang profesional di bidang Seni Reyog Ponorogo sampai akhirnya tercetuslah bahwa kita akan membentuk sebuah perkumpulan Seni Reyog Ponorogo yang bernama Paguyuban SENI REYOG SINGO DIRGANTORO Lanud Iswahjudi.  Perencanaan program paguyuban dalam jangka pendek kita akan menyajikan tampilan di event terdekat jangka panjang kita akan melakukan pembinaan kepelatihan kepada masyarakat, seniman lokal, khususnya generasi muda atau pelajar sekitar Lanud Iswahjudi.
Baru dideklarasikan tugas awal harus mampu memberikan tampilan secara kolosal di event level Internasional yaitu Penerimaan Pesawat F-16 dari Pemerintah USA ke RI yang dihadiri pejabat tinggi bidang pertahanan kedua negara dan tamu kenegaraan lainnya.    Tugas tersebut bisa dilaksanakan dengan menampilkan penari-penari baik seniman maupun pelajar yang sudah berpengalaman bahkan profesional di bidang seni Reyog Ponorogo dari wilayah asli tarian berasal.  Sebagian besar yang ikut tampil adalah mereka-mereka yang menjadi kampium Juara I di ajang FNRP saat itu.  Tanpa ragu-ragu dan penuh keyakinan kita memberikan suatu bentuk sajian yang bernama GUMELARING SINGO DIRGANTORO.    Pementasan tersebut melibatkan lebih dari 150 orang baik penari, pemusik dan pendukungnya dan merupakan sajian seni yang spektakuler.  Hal inilah semakin membuat semangat bahwa kami akan mampu juga mempunyai penari-penari hebat sendiri seperti yang ditampilkan saat itu.
Seperti yang direncanakan sebelumnya, selepas kami menampilkan pementasan awal dan mendeklarasikan diri, maka kami mulai fokus untuk membangun kekuatan paguyupan reyog ini.   Pendataan, perekrutan dan pengadaan peralatan serta kegiatan kepelatihan kami mulai serta dengan target yang tidak besar yaitu mampu tampil di FNRP tahun 2018.    Sesuatu yang mungkin dianggap mustahil karena festival tersebut adalah ajang tertinggi dan grup-grup yang ikut adalah grup reyog yang sudah memiliki pengalaman sedangkan kami dari ajang digelar belum genap setahun.    Bermodalkan pengelolaan serta manajemen yang maksimal serta didukung oleh semangat dan keikhlasan hal itu kami yakin [pasti akan tercapai.
Proses yang panjang dan berat harus kami lalui untuk mewujudkan hal tersebut, baik dari SDM yang harus kami latih bagaimana mereka pelajar-pelajar khususnya dari SMK Penerbangan Angkasa direkrut dari tidak tahu bahkan pernah menari harus dilatih dan dibentuk menjadi penari yang mampu tampil diajang Nasional.   Ibarat bagaimana kita melatih sebuah Robot yang pastinya kaku dalam gerakan kita jadikan penari yang bisa menerapkan wirasa, wirama dan wiraga dengan baik.   Tidak ada membangun sesuatu tanpa membutuhkan suntikan anggaran serta dukungan logistik lainnya.   Hal inilah faktor yang sangat sulit harus kami lalui.   Berbekal kenekatan kami mencoba mengajukan proposal kepada pihak-pihak instansi swasta yang kami kenal agar mau mendukung kegiatan kami khususnya dalam rangka proyek mengikuti FNRP, termasuk ke Pemerintah daerah.  Langkah ini kami ambil karena sudah lama di wilayah kami berada tidak ada keterwakilan grup reyog yang mengikuti FNRP.    Sesuatu yang sangat  mengherankan bagi kami bahwa apa yang kami ajukan belum mendapatkan respon yang positif, bahkan seperti sama sekali tidak ada tanggapan.   Sampai pada akhirnya kami mencoba kembali mengajukan permohonan bantuan yang mendapatkan tanggapaan bahwa kami masih belum terdaftar secara legal sehingga belum berhak untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah.   Kenyataan tersebut akhirnya yang memicu kami untuk segala melakukan pembenahan dengan pembuatan administrasi legalitas dari paguyuban.
Pada akhirnya dengan bermodalkan anggaran, peralatan dan sarana yang kami peroleh dari sumber-sumber instansi swasta yang tidak mengikat juga dukungan dari satuan serta dana iuran pribadi anggota paguyuban kami mampu menampilkan yang terbaik di ajang FNRP XXV tahun 2018 dan mampu meraih gelar Penyaji Unggulan Terbaik Ranking VII.    Hal yang sangat spektakuler dan luar biasa bagi kami yang baru saja lahir, karena kami merasa masih dalam proses merangkak akan tetapi sudah mampu memberikan sesuatu yang membanggakan.    Semua dapat dicapai berkat semangat, keseriusan dan keihklasan, tentunya bagaimanapun yang paling utama adalah Rahmat Tuhan YME.  Perjalanan proses latihan yang tidak asal-asalan dengan dukungan pelatih yang sangat profesional ditambah dengan pendukung-pendukungnya yang bekerja dengan baik, disertai semangat penuh keikhlasan dari pelajar dan anggota yang tergabung dalam Tim Singo Dirgantoro diajang festival tersebut menjadi kekuatan hebat dalam pencapaian prestasi yang diraih.   Bahkan selanjutnya kamipun memberanikan diri untuk mengikuti festival-festival lain serta mampu meraih hasil yang maksimal.

Perjalanan selama setahun ini banyak sekali pengalaman-pengalaman yang memberikan pelajaran kepada kami untuk lebih eksis dan giat lagi dalam menjalankan roda paguyuban.    Adanya beberapa tantangan baik di internal dengan kehadiran kami yang masih diragukan di sekolah yang kami bina dan kurangnya partisipasi anggota untuk ikut bergabung bersama kami.   Sisi lain kami mengharapkan adanya partisipasi dari seniman-seniman lokal wilayah sekitar lingkungan kami untuk bersama-sama ikut berpartisipasi mengangkat nama daerah di ajang festival.  Kami merasakan masih kurang mendapatkan respon untuk bisa terwujud.   Kami sadar karena yang kami bangun adalah sesuatu yang tidak menghasilkan berupa finansial materi, tetapi justru memerlukan pengorbanan waktu, biaya dan tenaga. Apalagi profesi seniman digunakan sebagai mata pencaharian guna  membantu pemenuhan hidup dan hal itu kami menyadarinya merupakan sesuatu yang wajar.
           Refleksi selama setahun ini yang jelas kami sudah berusaha berbuat yang terbaik, khususnya di bidang seni dan budaya untuk ditanamkan ke generasi muda agar lebih mengenal serta mencintai budaya milik bangsa sendiri serta tidak terpengaruh oleh ancaman budaya asing yang kurang baik.    Kedepan kami berharap akan lebih mampu berbuat yang terbaik dalam pelestarian dan pengembangan seni serta budaya nusantara khususnya ke generasi muda.  Kami menganggap bahwa salah satu pencegahan timbulnya faham radikal di generasi muda adalah dengan mengikuti organisasi yang bersifat positif.  Kami akan berusaha mewujudkan untuk menjadi organisasi positif di bidang seni budaya bagi masyarakat dan generasi muda khususnya para pelajar di lingkungan sekitar kami berada.  Semoga kami akan lebih baik lagi....Aamiin YRA.... SELAMAT ULANG TAHUN KE-1 SENI REYOG SINGO DIRGANTORO.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekilas Tentang Paguyuban Seni Reyog Singo Dirgantoro Lanud Iswahjudi

Paguyuban Seni Reyog Singo Dirgantoro